Karenamu Pahlawan

(Sebuah Perenungan)

Hari ini tepat 10 November dimana bangsa Indonesia memperingati hari pahlawan. Saya percaya, bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat jasa para pahlawannya, bangsa yang tidak melupakan sejarah. Indonesia dibangun diatas darah para pahlawan yang telah berani mempertaruhkan nyawa mereka untuk membayar harga dari kemerdekaan.

Kemerdekaan merupakan warisan terbaik dari para pendahulu kita sekaligus investasi yang menentukan (the determinant investment) bagi generasi sekarang. Hidup di zaman sekarang berisi pilihan-pilihan yang mau tak mau harus kita lakoni. Setiap pilihan sudah mengandung konsekuensi yang pada akhirnya harus kita tanggung. Jika kita memilih untuk hidup tanpa tujuan, maka sudah tentu kita kehilangan arah dan tanpa kita sadari kita sedang menyerahkan warisan tanpa arah dan tanpa harga bagi anak cucu kita. Sebaliknya jika kita sungguh-sungguh ingin memaknai hidup ini dengan menyadari bahwa setiap nafas yang kita hirup di bumi pertiwi merupakan kesempatan emas untuk melakukan sesuatu yang berarti untuk bangsa ini, maka niscaya kita sedang meneruskan amanat moral para pahlawan bangsa sekaligus menghadiahi generasi penerus kita suatu pemberian terbaik sebagai bukti cinta kita kepada mereka dan bangsa ini.

Kitalah generasi pengisi kemerdekaan. Para pendahulu kita telah menunaikan tugas mereka dan kita mengingat mereka sebagai pahlawan. Akankah kita membiarkan semangat mereka menjadi redup di tangan kita hanya karena direnggut oleh arus zaman ini yang serba tak pasti? Tidak! Identitas kita yang sesungguhnya adalah semangat nasionalisme yang mempersatukan kita sebagai satu bangsa. Kita boleh berjalan dan menatap ke depan tapi kita tak boleh melupakan sejarah karena sejarah adalah jiwa bangsa ini.

Kita boleh bersyukur karena kita anak muda masih membiarkan semangat masa muda kita menyatu dengan jiwa bangsa ini sehingga melahirkan kobaran nasionalisme. Kitalah sesungguhnya harapan dan kebanggan ibu pertiwi. Cobalah tengok ke belakang sejenak. Siapakah yang menggelorakan persatuan bangsa, bahasa dan tanah Indonesia? Siapakah yang melawan tirani penjajahan dan berhasil membuka lembar kemerdekaan? Siapakah yang meruntuhkan rezim Orde Baru? Saya yakin pikiran dan hati kita selaras menjawab bahwa pemudalah yang bergerak dan meletakkan batu-batu peringatan sejarah bangsa kita.

Dimanakah pemuda sekarang? Apakah yang harus dilakukan pemuda kini untuk menjadi kebanggaan generasi mendatang? Wahai teman, bukankah mereka ada di sepanjang pulau-pulau yang merentang panjang dan lebar dimana Sabang, Merauke, Miangas, pulau Rote adalah beranda Republik ini tempat mereka lahir, besar, berjuang dan menjadi pemenang? Mereka yang menjadi sebaik-baiknya diri mereka akan melahirkan generasi pahlawan.

Dimanakah pemuda sekarang? Pemuda sekarang sedang berada di persimpangan arah karena hentakan modernisme yang keras. Mereka membutuhkan instrumen-instrumen yang memperlengkapi mereka untuk menentukan pilihan-pilihan yang tepat. Instrumen disini adalah setiap produk yang didesain oleh suatu generasi yang membantu para pemuda bangsa untuk menyadari akan pentingnya memiliki identitas dan karakter kebangsaan yang pada akhirnya melahirkan keberanian untuk membuat keputusan. Dengan kata lain instrumen disini adalah pemicu keputusan (decision trigger) dalam skema kebangsaan. Pendidikan, pelatihan, gerakan kepemudaan, forum-forum kepemudaan yang dirancang demi melahirkan dan menjaga semangat kemerdekaan merupakan beberapa contoh pemicu keputusan anak muda dalam menentukan masa depan bangsa. Disanalah pemuda diajarkan nilai-nilai universal (universal value)  yang utama bagi bangsa ini yang seyogyanya diserap dan dipedomani oleh setiap pemuda. Instrumen tersebut bisa dimainkan oleh siapa saja. Instrumen tersebut merupakan the thing behind the scene yang mendukung bangsa ini untuk terus berlakon di depan bangsa-bangsa lain sesuai karakternya.

Bagi saya, Indonesia kini adalah sebuah proses baik untuk mempertahankan jati diri bangsa maupun menuju bangsa yang lupa akan jati dirinya (an amnesia nation). Seperti apakah Indonesia kelak? Semuanya tergantung dari peran kita masing-masing. Saya berharap instrumen yang ada di tangan kita dapat kita mainkan dengan hati yang terbuka sehingga melahirkan simfoni anak muda bangsa yang merdu di telinga. Salam pemuda Indonesia!

Tinggalkan komentar